Jumat, 11 Mei 2012

DIALEK FENESIA DAN DIALEK BABILONIA


DIALEK FENESIA DAN DIALEK BABILONIA
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Matakuliah : fiqh lughoh
Dosen pengampu : bpk. Mahfudz siddiq. Lc



 







Disusun oleh:
Muhammadun                       093211041
Muhammad fahmi I.             093211042
Mulyanti                                 093211043

FAKULTAR TARBIYAH
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012


DIALEK FENESIA DAN DIALEK BABILONIA
I.          PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Sejak zaman nabi adam, Allah telah mengajarinya dengan menyebut nama benda-benda, pada saat itulah kemampuan manusia berbahasa dimulai. Kemudian dari generasi ke generasi berikutnya telah mewarisi dan menumbuhkembangkan bahasa yang sampai saat ini jumlahnya telah mencapai puluhan ribu bahkan tak terhingga dan melahirkan pula berbagai variasi yang jumlahnya ribuan pula.
Semit adalah sebuah bahasa yang dinisbatkan kepada syam putra Nabi Nuh yang diriwayatkan bahwa Nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Ham (Hamiyah), Yafit (Aramiyah) Dan Syam (Semit). Dalam perkembangannya bahasa semit di nisbatkan kepada bangsa-bangsa Aramia, Fenesia, Ibrani, Babilonia, Arab, Yaman dan bahasa-bahasa yang menjadi keturunan mereka. Sesuai dengan tema yang kami dapat untuk menjadi bahan permasalahan dalam makalah ini, kami hanya akan membahas tentang dialek fenesia dan dialek babilonia.

II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimanakah Kemunculan Dialek Fenesia?
B.     Bagaimanakah Kemunculan Dialek Babilonia?
C.  Dimana saja Daerah Penyebaran Dan Perkembangan Dialek Fenesia Dan Dialek Babilionia?

III.    PEMBAHASAN
A.    Kemunculan Dialek Fenesia
Dialek fenisia merupakan bahasa yang digunakan oleh bangsa kan’an kuno, bahasa fenisia asli diketahui melalui beberapa penemuan pahatan-pahatan kuno dari bangsa-bangsa fenisia diantaranya tirus, sydon, byblons dan lain-lain serta dibagian daerah jajahan dan bangsa-bangsa yang mereka taklukan, khususnya didaerah laut tengah (chypre, dll.). Pahatan-pahatan ini diperkirakan berusia sejak abad ke-7 dan ke-10 SM, namun mayoritas pendapat mengatakan pada abad ke-5 SM dan abad seterusnya.[1]
Abjad Fenisia berasal dari kira-kira tahun 1000 SM dan merupakan turunan langsung huruf Proto-Sinai. Huruf ini digunakan oleh orang Fenisia untuk menulis bahasa Fenisia, sebuah bahasa Semitik Utara. Abjad-abjad modern yang merupakan turunan huruf Fenisia adalah abjad Yunani, abjad Latin dan abjad Ibrani. Huruf Fenisia termasuk sebuah. Huruf Fenisia adalah sebuah abjad "gundul". Dalam huruf Fenisia, tidak dituliskan.[2]
Contoh Abjad Fenesia :






                                                                                                                                      
           
            Contoh bahasa fenisia
Huruf
Nama
Arti
Alihaksara
Huruf yang sama di abjad
Ibrani
Arab
Yunani
Latin
aleph
ʾāleph
lembu
ʾ
א
Α, α
A, a
beth
bēth
rumah
b
ב
Β, β
B, b
gimel
gīmel
unta
g
ג
Γ, γ
C, c / G, g
daleth
dāleth
pintu
d
ד
Δ, δ
D, d
he
jendela
h
ה
Ε, ε
E, e

B.     Kemunculan Dialek Babilonia
Bahasa babilonia juga termasuk bagian dari rumpun bahasa semit, tepatnya dikawasan timur yakni menggunakan bahasa akadia. Keberadaan bahasa ini diketahui melalui beberapa ukiran yang ditulis dengan huruf paku pada artefak. Ukiran paling penting pada bahasa akadia ini adalahukiran yang melukiskan hukum hamurabi yang merupakan hukum paling tua didunia.[3]
Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris dan sungai Euprat. Bahasa Akadia merupakan nama yang diberikan oleh bangsa Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris dan Eufrat untuk menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria.[4] Dalam kitab Dirosah Fighu al-Lughoh karangan Subhi Sholeh mengatakan bahasa babilonia dinamakan bahasa akadia karena dinisbatkan pada kota akkad oleh Ulama’ Ahli bahasa.[5] Sedangkan para Ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat (Mesopotamia).[6]

C.     Daerah Penyebaran dan Perkembangan Dialek Fenesia dan Dialek Babilonia
1.      Penyebaran Dan Perkembangan Dialek Fenesia
Wilayah perkembangan dan penyebaran dialek finesia tersebar hingga daerah libanon, suriah, Tunisia selatan dan mediterania, spanyol, malta, sisilia, dan beberapa daerah di afrika utara.
Para arkeologi dan ahli bahasamembagi hufuf bahasa fenesia kedalam tiga tahapan yaitu:
a)      Abjad fenisia kuno: yakn suatu teks yang ditulis diperuntukkan bagi kerajaan di jubeil (11SM-9SM).
b)      Abjad fenisia pertengahan: yakni teks phoenx yang ditulis pada prasasti (9SM-6SM).
c)      Abjad fenisia modern: yakni dialek phoenx menengah seni dan yunani yang dipengaruhi oleh nada yunani. Hal ini menyebabkan kelemahan bunyi ujaran dan tenggorokan punic modern sehingga menimbulkan kebingungan antara huruf “ ‘ain” dan “hamzah”, “cha” dan “ha”.[7]
Semua bahasa kan’an tetap diucapkan pada mlenium pertama SM dan bahasa ibrani tetap diucapkan dan dipelajari dalam skala kecil untuk tujuan menulis ajaran-ajaran agama untuk orang yahudi.
Bangsa fenisia telah menyebarkan bahasa mereka melalui penjajahan yang mereka lakukan dinegara-negara tepi laut tengah. Namun mereka tidak berhasil kecuali di afrika utara yang kemudian disebut dengan bahasa bunia atau aksen puniqie.

2.      Penyebaran Dan Perkembangan Dialek Babilonia

Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris dan sungai Euprat (Mesopotamia). Sebelumnya, pada abad ke 36 SM bangsa semit melakukan migrasi kewilayah Irak Selatan (Mesopotamia) secara bertahap dan berulang-ulang. Sebelum mereka datang ke wilayah Mesotopotamia, wilayah ini telah dihuni oleh bangsa Sumeria yang telah memiliki peradaban yang sangat maju, baik dari segi bahasa maupun sastranya. Mereka sudah memiliki tulisan sendiri yakni tulisan paku (cunaiform). Seiring dengan beriringnya waktu, lambat laun bangsa pendatang semit mampu menguasai wilayah tersebut dan mendirikan negara dengan mengambil tempat di Mesopotamia yang bernama Akad (bahasa Sumeria) atau Kindah menurut semit, ibu kota kerejaan akhirnya menetap di wilayah Babilonia.
Pada sekitar abad 25 SM terjadi lagi migrasi oleh bangsa semit ke wilayah Mesopotamia utara dan menaklukan penduduknya disana. Dan kemudian bangsa semit ini mendirikan sebuah kerajaan yang beribukota di Assur.
Pada masa itu terjadi pergolakan pemakaian bahasa antara bahasa penduduk lokal dan bahasa semit sebagai bahasa penjajah tetapi akhirnya dimenangkan oleh bahasa semit, namun pengaruh asli bahasa lokal masih kelihatan dan para pakar linguistic menamai bahasa ini dengan bahasa Akadia atau bahasa Babilonia-Assuria (Babilonia - Assyurian).
Bahasa Akadia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tinggal di mesopotamia, bahkan raja Mesir sekitar abad 15 SM melakukam surat menyurat dengan raja-raja di wilayah ini dengan menggunakan bahasa Akadia demikian juga bangsa-bangsa yang terdapat di asia kecil seperti India. Melihat dari segi letak geografisnya bangsa Babilonia tinggal di wilayah Mesopotamia selatan sedangkan bangsa Syiria tinggal diwilayah utara Mesopotamia.
Terdapat pengaruh bahasa Sumeria terhadap bahasa Akadia sebagai berikut:
1.      banyak terdapat istilah-istilah kosakata yang baru masuk
2.      terjadi perubahan bunyi karena terpengaruh bahasa asing. Ya' dan wawu yang terletak di awal kata menjadi hilang.
3.      pengaruh itu yang membedakan bahasa akadia dari bahasa-bahasa semit yang lain. Mereka mempunya tiga bentuk waktu dalam kata kerja(fiil/verba) madhy tam , mudari dan mustakbal juga ada kata kerja yang masih berlangsung. Iksudu (selesai perang), ikasadu (akan berperang), dan kasadu (berperang terus/sedang berperang).
Periodesasi bahasa Akadia:
1.      Yakni masa sebelum abad ke 20 SM, di bawah kekuasaan bangsa Babilonia.
2.      dari akhir abad ke 20 SM sampai akhir 17 atau awal abad 16 SM. Masa ini ditandai oleh kemuduran Babilonia dan naiknya kekuasaan Assyiria. Kekuasaan ini berlangsung sampai tahun 606 SM.
3.      Dari akhir abad ke 7 sampai abad ke 6 SM. Masa ini di tandai oleh kebangkitannya bangsa Babilonia thn 626 SM.
4.      Dari abad ke 6 sampai awal abad 4 SM. Yaitu sampai berkuasanya bahasa Aramia.
Sedangkan tulisan bangsa Akadia mereka mereka mengambil dari bangsa Sumeria, sedangkan sebagai peradaban tinggi yang terkenal dari bangsa ini adalah adanya The Hanging Garden. Disamping itu terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan dalam peradaban. Memang kita mengetahui sejarah tentang Babilonia dan Asyuria melalui Perjanjian Lama namun kita tidak memiliki naskah tentang bahasa kedua kerajaan besar ini. Bahasa ini telah lama punah dan yang tersisa hanya tinggal ukiran-ukiran yang menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan dalam peradabannya. Orang yang pertama kali melakuan penggalian arkeologis terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat ini adalah Botta, konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah melalukan penggalian di desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia menemukan bagian dari istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke 8 SM. Penemuan itu terjadi pada bulan Maret 1843 M.[8]



D.       KESIMPUAN
Dialek fenisia merupakan bahasa yang digunakan oleh bangsa kan’an kuno, bahasa fenisia asli diketahui melalui beberapa penemuan pahatan-pahatan kuno dari bangsa-bangsa fenisia diantaranya tirus, sydon, byblons dan lain-lain serta dibagian daerah jajahan dan bangsa-bangsa yang mereka taklukan, khususnya didaerah laut tengah.
Dalam kitab Dirosah Fighu al-Lughoh karangan Subhi Sholeh mengatakan bahasa babilonia dinamakan bahasa akadia karena dinisbatkan pada kota akkad oleh Ulama’ Ahli bahasa. Sedangkan para Ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat.
Wilayah perkembangan dan penyebaran dialek finesia tersebar hingga daerah libanon, suriah, Tunisia selatan dan mediterania, spanyol, malta, sisilia, dan beberapa daerah di afrika utara.

E.       PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan para pembaca pada umumnya. Tentunya dalam makalah ini banyak ditemukan kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan.












Daftar Pustaka
Kamaludin, Khazim Ali, Ilmu Lughoh Al-Muqaran, (Kairo: Maktabah Al-Adab, 2007), hlm. 88
Sahin, Taufik Muhammad, Ilmu Al-Lughoh Al-Am, (Kairo: Maktabah Wahibah, 1980), hlm. 82
Sholeh, Subhi, Dirosah Fighu Al-Lughoh, (Beirut: Darul Ilm Lilmalayin, 1972), hlm. 49
Wafi, Ali Abdul Wahid, fiqhullughah, (Kairo: Darunnahdzah, 1962), hlm. 37
http://ar.iwkipeda.org/wiki/fenisia
http://id.wikipedia.org/wiki/Abjad_Fenisia
http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/10/rumpun-rumpun-bahasa-semit.html
 http://www.scribd.com/Ummiyatii/d/61808914-Rumpun-Bahasa-Semit



Tidak ada komentar:

Posting Komentar