DIALEK FENESIA DAN DIALEK BABILONIA
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Matakuliah : fiqh lughoh
Dosen pengampu : bpk. Mahfudz siddiq. Lc
Disusun oleh:
Muhammadun 093211041
Muhammad fahmi I. 093211042
Mulyanti 093211043
FAKULTAR
TARBIYAH
INSTITUTE AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
DIALEK
FENESIA DAN DIALEK BABILONIA
I.
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan suatu alat komunikasi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita.
Sejak zaman nabi adam, Allah telah mengajarinya dengan menyebut nama
benda-benda, pada saat itulah kemampuan manusia berbahasa dimulai. Kemudian
dari generasi ke generasi berikutnya telah mewarisi dan menumbuhkembangkan
bahasa yang sampai saat ini jumlahnya telah mencapai puluhan ribu bahkan tak
terhingga dan melahirkan pula berbagai variasi yang jumlahnya ribuan pula.
Semit
adalah sebuah bahasa yang dinisbatkan kepada syam putra Nabi Nuh yang
diriwayatkan bahwa Nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Ham (Hamiyah), Yafit
(Aramiyah) Dan Syam (Semit). Dalam perkembangannya bahasa semit di nisbatkan
kepada bangsa-bangsa Aramia, Fenesia, Ibrani, Babilonia, Arab, Yaman dan
bahasa-bahasa yang menjadi keturunan mereka. Sesuai dengan tema yang kami dapat
untuk menjadi bahan permasalahan dalam makalah ini, kami hanya akan membahas
tentang dialek fenesia dan dialek babilonia.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimanakah
Kemunculan Dialek Fenesia?
B. Bagaimanakah
Kemunculan Dialek Babilonia?
C. Dimana
saja Daerah Penyebaran Dan Perkembangan Dialek Fenesia Dan Dialek Babilionia?
III. PEMBAHASAN
A. Kemunculan
Dialek Fenesia
Dialek fenisia merupakan bahasa yang digunakan oleh
bangsa kan’an kuno, bahasa fenisia asli diketahui melalui beberapa penemuan
pahatan-pahatan kuno dari bangsa-bangsa fenisia diantaranya tirus, sydon,
byblons dan lain-lain serta dibagian daerah jajahan dan bangsa-bangsa yang
mereka taklukan, khususnya didaerah laut tengah (chypre, dll.). Pahatan-pahatan ini diperkirakan berusia sejak abad ke-7 dan ke-10 SM, namun mayoritas
pendapat mengatakan pada abad ke-5 SM dan abad seterusnya.[1]
Abjad Fenisia berasal dari kira-kira tahun 1000 SM
dan merupakan turunan langsung huruf Proto-Sinai. Huruf ini digunakan oleh
orang Fenisia untuk menulis bahasa Fenisia, sebuah bahasa Semitik Utara.
Abjad-abjad modern yang merupakan turunan huruf Fenisia adalah abjad Yunani, abjad Latin dan abjad Ibrani. Huruf Fenisia
termasuk sebuah. Huruf Fenisia adalah sebuah abjad "gundul". Dalam
huruf Fenisia, tidak dituliskan.[2]
Contoh Abjad Fenesia :
Contoh
bahasa fenisia
Huruf
|
Nama
|
Arti
|
Alihaksara
|
Huruf yang sama di abjad
|
|||
Ibrani
|
Arab
|
Yunani
|
Latin
|
||||
aleph
|
ʾāleph
|
lembu
|
ʾ
|
א
|
ﺍ
|
Α, α
|
A, a
|
beth
|
bēth
|
rumah
|
b
|
ב
|
ﺏ
|
Β, β
|
B, b
|
gimel
|
gīmel
|
unta
|
g
|
ג
|
ﺝ
|
Γ, γ
|
C, c / G,
g
|
daleth
|
dāleth
|
pintu
|
d
|
ד
|
ﺩ
|
Δ, δ
|
D, d
|
he
|
hē
|
jendela
|
h
|
ה
|
ﻩ
|
Ε, ε
|
E, e
|
B. Kemunculan
Dialek Babilonia
Bahasa babilonia juga termasuk bagian dari rumpun
bahasa semit, tepatnya dikawasan timur yakni menggunakan bahasa akadia.
Keberadaan bahasa ini diketahui melalui beberapa ukiran yang ditulis dengan
huruf paku pada artefak. Ukiran paling penting pada bahasa akadia ini
adalahukiran yang melukiskan hukum hamurabi yang merupakan hukum paling tua
didunia.[3]
Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai
Tigris dan sungai Euprat. Bahasa Akadia merupakan nama yang diberikan oleh
bangsa Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris dan Eufrat untuk
menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria.[4]
Dalam kitab Dirosah Fighu al-Lughoh karangan Subhi Sholeh mengatakan
bahasa babilonia dinamakan bahasa akadia karena dinisbatkan pada kota akkad
oleh Ulama’ Ahli bahasa.[5]
Sedangkan para Ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek
Babilonia dan Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun
raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu
kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan
sungai Tigris dan Euprat (Mesopotamia).[6]
C. Daerah
Penyebaran dan Perkembangan Dialek Fenesia dan Dialek Babilonia
1. Penyebaran
Dan Perkembangan Dialek Fenesia
Wilayah perkembangan dan penyebaran dialek finesia tersebar hingga
daerah libanon, suriah, Tunisia selatan dan mediterania, spanyol, malta,
sisilia, dan beberapa daerah di afrika utara.
Para arkeologi dan ahli bahasamembagi hufuf bahasa fenesia kedalam tiga
tahapan yaitu:
a) Abjad fenisia
kuno: yakn suatu teks yang ditulis diperuntukkan bagi kerajaan di jubeil
(11SM-9SM).
b) Abjad fenisia
pertengahan: yakni teks phoenx yang ditulis pada prasasti (9SM-6SM).
c) Abjad fenisia
modern: yakni dialek phoenx menengah seni dan yunani yang dipengaruhi oleh nada
yunani. Hal ini menyebabkan kelemahan bunyi ujaran dan tenggorokan punic modern
sehingga menimbulkan kebingungan antara huruf “ ‘ain” dan “hamzah”, “cha” dan
“ha”.[7]
Semua
bahasa kan’an tetap diucapkan pada mlenium pertama SM dan bahasa ibrani tetap
diucapkan dan dipelajari dalam skala kecil untuk tujuan menulis ajaran-ajaran
agama untuk orang yahudi.
Bangsa fenisia telah menyebarkan bahasa mereka melalui
penjajahan yang mereka lakukan dinegara-negara tepi laut tengah. Namun mereka
tidak berhasil kecuali di afrika utara yang kemudian disebut dengan bahasa
bunia atau aksen puniqie.
2. Penyebaran
Dan Perkembangan Dialek Babilonia
Wilayah
bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris dan sungai Euprat (Mesopotamia).
Sebelumnya, pada abad ke 36
SM bangsa semit melakukan migrasi kewilayah Irak Selatan
(Mesopotamia) secara bertahap dan berulang-ulang. Sebelum mereka datang ke
wilayah Mesotopotamia, wilayah ini telah dihuni oleh bangsa Sumeria yang telah
memiliki peradaban yang sangat maju, baik dari segi bahasa maupun sastranya.
Mereka sudah memiliki tulisan sendiri yakni tulisan paku (cunaiform). Seiring
dengan beriringnya waktu, lambat laun bangsa pendatang semit mampu menguasai
wilayah tersebut dan mendirikan negara dengan mengambil tempat di Mesopotamia
yang bernama Akad (bahasa Sumeria) atau Kindah menurut semit, ibu kota kerejaan
akhirnya menetap di wilayah Babilonia.
Pada
sekitar abad 25 SM terjadi lagi migrasi oleh bangsa semit ke wilayah Mesopotamia
utara dan menaklukan penduduknya disana. Dan kemudian bangsa semit ini
mendirikan sebuah kerajaan yang beribukota di Assur.
Pada
masa
itu terjadi pergolakan pemakaian bahasa antara bahasa penduduk lokal dan bahasa
semit sebagai bahasa penjajah tetapi akhirnya dimenangkan oleh bahasa semit,
namun pengaruh asli bahasa lokal masih kelihatan dan para pakar linguistic
menamai bahasa ini dengan bahasa Akadia atau bahasa Babilonia-Assuria
(Babilonia - Assyurian).
Bahasa
Akadia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tinggal di mesopotamia, bahkan
raja Mesir sekitar abad 15 SM melakukam surat menyurat dengan
raja-raja di wilayah ini dengan menggunakan bahasa Akadia demikian juga
bangsa-bangsa yang terdapat di asia kecil seperti India. Melihat dari segi
letak geografisnya bangsa Babilonia tinggal di wilayah Mesopotamia selatan
sedangkan bangsa Syiria tinggal diwilayah utara Mesopotamia.
Terdapat
pengaruh bahasa Sumeria terhadap bahasa Akadia sebagai berikut:
1. banyak
terdapat istilah-istilah kosakata yang baru masuk
2. terjadi
perubahan bunyi karena terpengaruh bahasa asing. Ya' dan wawu yang terletak di
awal kata menjadi hilang.
3.
pengaruh itu
yang membedakan bahasa akadia dari bahasa-bahasa semit yang lain. Mereka
mempunya tiga bentuk waktu dalam kata kerja(fiil/verba) madhy tam , mudari dan
mustakbal juga ada kata kerja yang masih berlangsung. Iksudu (selesai perang),
ikasadu (akan berperang), dan kasadu (berperang terus/sedang berperang).
Periodesasi
bahasa Akadia:
1. Yakni
masa sebelum abad ke 20 SM, di bawah kekuasaan bangsa Babilonia.
2. dari
akhir abad ke 20 SM sampai akhir 17 atau awal abad 16 SM. Masa ini ditandai
oleh kemuduran Babilonia dan naiknya kekuasaan Assyiria. Kekuasaan ini berlangsung
sampai tahun 606 SM.
3. Dari
akhir abad ke 7 sampai abad ke 6 SM. Masa ini di tandai oleh kebangkitannya bangsa
Babilonia thn 626 SM.
4.
Dari abad ke 6
sampai awal abad 4 SM. Yaitu sampai berkuasanya bahasa Aramia.
Sedangkan
tulisan bangsa Akadia mereka mereka mengambil dari bangsa Sumeria, sedangkan
sebagai peradaban tinggi yang terkenal dari bangsa ini adalah adanya The
Hanging Garden. Disamping itu terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan
sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan dalam peradaban.
Memang kita mengetahui sejarah tentang Babilonia dan Asyuria melalui Perjanjian
Lama namun kita tidak memiliki naskah tentang bahasa kedua kerajaan besar ini.
Bahasa ini telah lama punah dan yang tersisa hanya tinggal ukiran-ukiran yang
menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan
dalam peradabannya. Orang yang pertama kali melakuan penggalian arkeologis
terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat ini adalah Botta,
konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah melalukan penggalian di
desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia menemukan bagian dari
istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke 8 SM. Penemuan itu
terjadi pada bulan Maret 1843 M.[8]
D. KESIMPUAN
Dialek
fenisia merupakan bahasa yang digunakan oleh bangsa kan’an kuno, bahasa fenisia
asli diketahui melalui beberapa penemuan pahatan-pahatan kuno dari
bangsa-bangsa fenisia diantaranya tirus, sydon, byblons dan lain-lain serta
dibagian daerah jajahan dan bangsa-bangsa yang mereka taklukan, khususnya
didaerah laut tengah.
Dalam
kitab Dirosah Fighu al-Lughoh karangan Subhi Sholeh mengatakan
bahasa babilonia dinamakan bahasa akadia karena dinisbatkan pada kota akkad
oleh Ulama’ Ahli bahasa. Sedangkan para Ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia
sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah
kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun
2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang
terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat.
Wilayah perkembangan dan penyebaran dialek finesia
tersebar hingga daerah libanon, suriah, Tunisia selatan dan mediterania,
spanyol, malta, sisilia, dan beberapa daerah di afrika utara.
E. PENUTUP
Demikianlah
makalah ini kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Tentunya dalam makalah ini banyak ditemukan kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran
sangat kami harapkan.
Daftar Pustaka
Kamaludin, Khazim Ali, Ilmu Lughoh Al-Muqaran, (Kairo:
Maktabah Al-Adab, 2007), hlm. 88
Sahin, Taufik Muhammad, Ilmu Al-Lughoh Al-Am,
(Kairo: Maktabah Wahibah, 1980), hlm. 82
Sholeh, Subhi, Dirosah Fighu Al-Lughoh, (Beirut:
Darul Ilm Lilmalayin, 1972), hlm. 49
Wafi, Ali Abdul
Wahid, fiqhullughah, (Kairo: Darunnahdzah, 1962), hlm. 37
http://ar.iwkipeda.org/wiki/fenisia
http://id.wikipedia.org/wiki/Abjad_Fenisia
http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/10/rumpun-rumpun-bahasa-semit.html
http://www.scribd.com/Ummiyatii/d/61808914-Rumpun-Bahasa-Semit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar